MJT dan Harapan Transportasi Publik di Bandung Raya

Setiap pagi, saya memulai hari dengan rutinitas yang mungkin cukup familiar bagi banyak pekerja komuter: bersiap, mengecek jadwal, lalu bergegas berangkat menuju kantor atau tempat bekerja

Tapi ada satu hal yang membedakan—saya bukan menyetir mobil pribadi, melainkan mengandalkan bus MJT, salah satu moda transportasi publik yang kini menjadi bagian penting dalam keseharian saya.

Saya tinggal di daerah Soreang, Kabupaten Bandung, dan bekerja di area Kabupaten Bandung Barat. Jaraknya memang cukup jauh, tapi berkat keberadaan bus MJT yang melayani koridor Leuwipanjang–Soreang, perjalanan ini menjadi lebih efisien, hemat, dan jauh dari stres harian yang biasa saya alami saat masih membawa kendaraan pribadi.

Perjalanan dari Soreang ke Pasirkoja Kota Bandung, biasanya hanya memakan waktu sekitar 10–15 menit. Dari situ, saya melanjutkan perjalanan dengan shuttle kantor menuju tempat kerja di KBB.

Ini mungkin terdengar sederhana, tapi buat saya ini adalah kombinasi rute yang ideal. Jadwalnya cukup konsisten, kondisi busnya nyaman, dan saya punya waktu untuk sekadar membaca, mendengarkan podcast, atau menenangkan pikiran sebelum mulai aktivitas di kantor.

Pulangnya pun tak jauh berbeda. Dari kantor, saya kembali naik shuttle menuju Pasirkoja, lalu menyambung lagi dengan bus MJT koridor 1 yang mengantar saya kembali ke Soreang.

Kenapa Tidak Kendaraan Pribadi?

Sebenarnya, saya punya mobil pribadi di rumah. Tapi untuk kegiatan komuting harian, saya lebih memilih menggunakan transportasi umum, dikombinasikan dengan ojek online saat dibutuhkan. Kendaraan pribadi biasanya hanya saya gunakan untuk keperluan-keperluan yang tidak terjangkau oleh transportasi publik, atau saat membawa keluarga bepergian.

Selain lebih hemat dari sisi biaya, menggunakan bus seperti MJT juga membuat perjalanan saya lebih tenang dan produktif. Saya tidak perlu menghadapi kemacetan sambil menyetir, atau bingung mencari tempat parkir. Waktu yang biasanya terbuang di jalan bisa saya pakai untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Sebagai bagian dari sistem BRT yang tengah dikembangkan di Bandung Raya, MJT adalah langkah awal yang patut diapresiasi. Kehadiran bus ini memberi gambaran tentang masa depan transportasi publik di wilayah Bandung dan sekitarnya—sebuah masa depan yang saya harap bisa benar-benar diwujudkan: terintegrasi, teratur, dan ramah pengguna.

MJT bukan sekadar bus. Buat saya dan banyak pengguna lainnya, ini adalah simbol harapan. Harapan bahwa kita bisa punya sistem transportasi publik yang layak, nyaman, dan bisa diandalkan setiap hari.

Saya pribadi punya harapan besar untuk sistem transportasi umum di Bandung Raya. Saya ingin kita punya:
  • Rute yang saling terhubung dengan moda lain, seperti kereta lokal atau angkot dengan sistem feeder (seperti sistem Mikrotrans di Jakarta)
  • Halte yang aman dan nyaman untuk semua kalangan
  • Budaya berkendara dan pelayanan yang semakin baik

Kalau kita bisa belajar dari negara tetangga seperti Singapura, penggunaan transportasi publik di sana sudah jadi bagian dari keseharian. Naik MRT atau bus bukan cuma pilihan ekonomis, tapi juga simbol efisiensi dan kesadaran kolektif terhadap lingkungan dan keteraturan kota.

Bandung bisa menuju ke arah sana. Tapi tentu tidak cukup hanya dengan armada bus—perlu juga ada perubahan dari sisi kebijakan, infrastruktur, dan juga budaya masyarakatnya sendiri

Dari Pengalaman Pribadi, Saya Percaya Bisa

Sebagai pengguna tetap MJT, saya melihat sendiri bagaimana transportasi publik bisa memberi perubahan positif. Saya lebih hemat, lebih tenang, dan bahkan punya rutinitas harian yang lebih stabil. Dan saya yakin, kalau makin banyak dari kita yang mulai mencoba, maka perlahan tapi pasti perubahan itu akan terasa lebih luas.

Transportasi publik bukan hanya soal moda—tapi tentang bagaimana kita merancang kota, mendukung mobilitas warganya, dan membentuk gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Saya tahu, berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum bukan keputusan mudah. Tapi dari pengalaman saya pribadi, ini keputusan yang tidak saya sesali. Bahkan sebaliknya—saya merasa lebih terhubung dengan ritme kota, dengan sesama penumpang, dan dengan harapan bahwa Bandung bisa jadi tempat yang lebih ramah untuk ditinggali.

Mungkin langkahnya masih kecil. Tapi setiap perjalanan saya bersama MJT, dari Soreang ke Pasirkoja, dari Pasirkoja ke KBB, adalah bagian dari mimpi yang lebih besar.

Dan saya percaya, kita bisa mewujudkannya—bersama.

"Ketika kita memilih transportasi publik, kita ikut membentuk budaya kota yang lebih adil dan nyaman untuk semua."