Dari MJT yang Ada Sekarang ke BRT 21 Koridor yang Kita Impikan
Sebagai komuter harian di Bandung Raya, perjalanan dari rumah ke kantor adalah rutinitas yang sering kali penuh drama: macet panjang, angkot ngetem, dan transportasi umum yang rutenya terbatas.
Sejak tinggal di area Soreang, beberapa bulan terakhir, saya mulai mengandalkan Metro Jabar Trans (MJT). Memang bukan BRT “murni”, tapi lumayan membantu.
Jam di ponsel menunjukkan pukul 06.30. Saya sudah berdiri di pinggir jalan, menunggu bus Metro Jabar Trans (MJT) yang akan membawa saya dari Soreang menuju Kota Bandung. Udara pagi sejuk, tapi deru knalpot kendaraan yang merayap di jalan sudah mulai terasa. Bus datang, pintunya terbuka, dan saya melangkah masuk sambil men-tap kartu e-money. Kursi empuk, AC dingin, dan suasana lebih tertib dibanding bus kota zaman dulu
Namun, kalau jujur, sistemnya belum bisa dibilang seperti BRT Transjakarta. Belum ada jalur khusus bus, jadi bus MJT masih sering "terjebak" atau "nyangkut" di kemacetan yang sama dengan kendaraan pribadi. Halte-haltenya pun belum semuanya proper; sebagian cuma titik berhenti sederhana tanpa fasilitas peneduh atau akses yang nyaman untuk pejalan kaki. Artinya, pengalaman naiknya belum jauh beda dari bus reguler—hanya armada lebih baru dan sistem tarif yang sudah lebih rapi.
Makanya, saya cukup bersemangat dengan kabar tentang rencana pembangunan BRT Bandung Raya. Nantinya, akan ada 21 koridor yang menghubungkan Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, hingga Jatinangor. Proyek ini juga akan menghadirkan 21 km jalur khusus di koridor padat, halte yang benar-benar standar BRT, dan sistem rute langsung yang lebih efisien. Pembangunannya dibagi tiga tahap mulai 2025 hingga target selesai di 2027.
Saya membayangkan, jika rencana ini terwujud, perjalanan sehari-hari akan terasa seperti pengalaman saya waktu liburan ke Singapura: tinggal “tap” kartu atau scan QR, naik bus atau moda lain yang terintegrasi, sampai tujuan tepat waktu tanpa harus bergelut dengan macet.
Harapan saya sederhana—BRT ini jangan cuma jadi proyek di atas kertas, tapi benar-benar hadir untuk membuat mobilitas warga Bandung Raya lebih cepat, nyaman, dan terjangkau.
Karena buat komuter seperti saya, waktu dan kenyamanan di jalan itu bukan kemewahan, tapi berharga. Semakin sedikit waktu yang terbuang di kemacetan, semakin banyak energi yang bisa saya simpan untuk keluarga dan pekerjaan.
Semoga, BRT Bandung Raya ini benar-benar hadir, bukan hanya di berita media masa sebagai rencana, tapi di jalan-jalan kota kita—membawa Bandung ke era transportasi publik yang layak dan membanggakan, sesuai TagLine-nya "#BusHebatUntukSemua"